Lumut gurun mungkin bisa menjadi kunci dalam upaya terraformasi Mars
Lumut gurun mungkin bisa menjadi kunci dalam upaya terraformasi Mars
![]() |
Visualisasi tentang seperti apa Mars dari waktu ke waktu, jika manusia berhasil membuat terraform planet ini. (Kredit gambar: Daein Ballard, CC BY-SA) |
Lumut gurun mungkin bisa menjadi kunci dalam upaya terraformasi Mars, menurut sebuah studi terbaru oleh para ilmuwan Cina.
Syntrichia caninervis (S. caninervis), lumut yang dikenal tahan terhadap kondisi ekstrem dari Tibet hingga Antartika, dianggap sebagai "tanaman perintis" untuk membangun lingkungan yang layak huni di Mars. Para ilmuwan yakin tanaman ini dapat memperkaya permukaan berbatu Mars sehingga tanaman lain dapat tumbuh.
Beberapa penelitian sebelumnya telah mengeksplorasi alternatif lain seperti alga dan lumut kerak. Namun, lumut seperti S. caninervis menawarkan keuntungan utama dalam terraforming, termasuk toleransi terhadap stres, kemampuan pertumbuhan fotoautotrofik yang tinggi, dan potensi menghasilkan biomassa dalam jumlah besar dalam kondisi menantang.
Lumut diyakini sebagai salah satu tanaman darat pertama di Bumi, yang membuatnya mampu bertahan di lingkungan awal yang keras.
Seberapa ekstrem kondisi yang bisa ditahan lumut ini?
Uji coba Lumut
Para ilmuwan menguji S. caninervis dalam kondisi serupa dengan Mars: radiasi gamma tinggi, oksigen rendah, dingin ekstrem, dan kekeringan. Lumut ini mampu bertahan dengan kehilangan lebih dari 98% kandungan airnya dan tetap bisa pulih dalam hitungan detik — fenomena yang disebut "pengeringan tanpa mati". Lebih mengejutkan lagi, tanaman ini bisa pulih dan tumbuh cabang baru setelah disimpan dalam freezer pada suhu -80°C (-112°F) selama lima tahun atau dalam nitrogen cair (-195,8°C; -320,44°F) selama satu bulan.
Lumut ini memiliki fitur morfologi unik, seperti daun bengkok yang menghemat air dengan meminimalkan luas permukaan dan mengurangi transpirasi. Selain itu, lumut ini memiliki tenda yang memberikan perlindungan dari radiasi UV yang intens, suhu ekstrem, dan kehilangan air. Dinding sel, membran sel, dan struktur kloroplasnya tetap utuh bahkan dalam keadaan dehidrasi penuh.
![]() |
Lumut Syntrichia caninervis. (Kredit gambar: Sheri Hagwood, diselenggarakan oleh USDA-NRCS PLANTS Database) |
Dalam kondisi stres, S. caninervis memasuki keadaan "dormansi metabolik selektif", yang melindungi metabolit utama yang diperlukan untuk pemulihan cepat. Misalnya, tanaman ini mempertahankan kadar sukrosa dan maltosa yang tinggi setelah mengalami stres, yang membantu melestarikan dan menstabilkan arsitektur seluler serta menyediakan energi untuk pemulihan cepat setelah kondisi stres mereda.
Stres juga memicu gen yang mengkode protein fotoprotektif dan enzim yang membantu mengatasi spesies oksigen reaktif berbahaya akibat radiasi. Toleransi berlapis-lapis ini memberikan perlindungan dalam kondisi stres dan memungkinkan pemulihan aktivitas fisiologis ketika kondisi yang sesuai muncul.
Penemuan ini dapat menjadi dasar untuk membangun habitat manusia yang berkelanjutan di luar Bumi. Namun, selain dari kelayakan ilmiah, ada juga pertanyaan etika yang harus dipertimbangkan.
Apakah Manusia Harus Tinggal di Mars?
Konsep terraformasi planet lain telah ada sejak lama dalam fiksi ilmiah. Namun, mengubah seluruh planet untuk pendudukan manusia menimbulkan kekhawatiran sosial dan lingkungan yang serius.
Astrofisikawan dan peneliti NASA, Erika Nesvold, dalam esainya yang berjudul "The Thorny Ethics of Planetary Engineering", menjelaskan dilema ini: "Tujuan terraformasi adalah untuk menciptakan ekosistem global, yang kemungkinan besar akan menghancurkan ekosistem yang ada". Teknologi terraformasi mungkin akan berkembang sebelum kita dapat menentukan apakah kehidupan di luar bumi ada di planet atau bulan yang kita ingin ubah.
Jika kita menemukan bukti kehidupan mikroba di Mars, apakah ini harus mendiskualifikasi Mars sebagai target terraformasi? Haruskah kita menghindari menetap di Mars sama sekali?
Gabung dalam percakapan